Jadi Tukang Rongsok Sebelum Jadi Tukang Tambal Ban


Sebelum membuka usaha tambal ban, saya pernah mersakan menjadi pembeli barang-barang bekas, atau lebih dikenal  dengan sebutan tukang rongsok.

Profesi ini saya jalani setelah lulus sekolah dan sepulang merantau dari kota jakarta. Menjadi tukang rongsok sebenarnya bukan pilihan, tapi karena kondisi dan keadaan yang mengharuskan saya, mau tidak mau menekuni profesi ini.

Yah dari pada nganggur dan tidak ada pekerjaan, tidak masalah juga menjadi tukang rongsok yang penting halal, dan bisa memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan saya sendiri, karena pada waktu itu saya masih bujang hehehe.


Awal saya menjadi tukang rongsok, karena diajak oleh salah seorang paman saya, yang lebih dulu menjadi tukang rongsok, karena pada waktu itu saya masih nganggur sambil menunggu panggilan kerja, itung-itung dari pada tidak ada pekerjaan, sambil mencari pengalaman sekaligus merasakan bagaimana sulitnya mencari uang.

Memang sih profesi ini sering dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh kebanyakn orang, tapi bagi saya tidak masalah dan tidak perlu malu melakukannya.

Toh banyak kok orang yang sukses dengan menjadi tukang rongsok, salah satunya adalah tetangga saya yang berasal dari daerah demak, awalnya tetangga saya ini juga tukang rongsok yang membeli barang-barang bekas, dengan cara berkeliling dari kampung satu ke kampung lainnya.

Tapi sekarang kondisinya sudah berbeda, sekarang Dia menjadi juragan rongsok dan memiliki banyak karyawan. Saya tidak merasa canggung, malu atau apa, meski teman-teman seangkatan saya, mereka sudah bekerja di berbagai perusahan atau pun pabrik.

Menjadi tukang rongsok yang pertama, saya jalani selama kurang lebih 5 bulan, karena setelah itu saya mendapat panggilan kerja di PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, saya mulai bekerja di pabrik pembuatan sepada motor tersebut, kurang lebih selama 3 tahun sebagai karyawan kontrak.

Setelah masa kontrak saya di perusahaan tersebut berakhir dan tidak diperpanjang lagi, saya sempat merasakan menjadi penjaga konter pulsa, milik salah satu teman saya, kurang lebih selama 10 bulan. Setelah itu saya memutuskan untuk pulang kampung kembali ke Temanggung, kota dimana saya dilahirkan 31 tahun yang lalu.

Sesampainya di kampung halaman, saya sempat merasa kebingungan karena tidak memiliki lapangan pekerjaan, tidak punya penghasilan, dan apa-apa minta sama orang tua, tapi mau gimana lagi memang kondisinya seperti itu.

Dari situ saya memutuskan untuk kembali menekuni profesi menjadi tukang rongsok, yah dari pada nganggur terlalu lama, gak enak juga rasanya, terutama gak enak dikantong, waktu itu tidak terpikirkan oleh saya untuk menjadi tukang tambal ban, padahal ayah saya memiliki bengkel tambal ban, meski dikelola orang lain.

Jika pertama kali menjadi tukang rongsok karena diajak oleh paman saya, berbeda dengan sekarang, karena saya ikut rombongan dan menggunakan mobil bak terbuka.

Tidak hanya didaerah saya saja atau didaerah Temanggung saja, saya mencari dan membeli rongsok bersama satu rombongan hingga ke daerah lain bahkan ke kota lain, seperti Kendal, Semarang, Wonosobo, Magelang, Yogyakarta dan kota-kota lainnya.

Menjadi tukang rongsok untuk yang kedua kalinya ini, saya jalani kurang lebih selama 4 bulan, karena pada waktu itu tiba-tiba saja harga jual rongsok turun drastis, besi yang tadinya Rp 6.000 per kilogramnya, turun menjadi Rp 2.500 per kilo.

Kondisi ini, bukan hanya menyulitkan para tukang rongsok seperti saya, tapi juga berdampak bagi mereka para pengepul atau juragan rongsok. Pada waktu itu tidak sedikit pengepul barang bekas atau rongsok yang usahnya gulung tikar.

Termasuk juga depo rongsok tempat saya menjual kembali rongsok atau barang bekas tersebut. Kondisi ini membuat saya berhenti menjadi tukang rongsok, dan beralih profesi menjadi tukang tambal ban, hingga sampai saat ini.

Sebelan bulan menjadi tukang rongsok, ada banyak sekali hal dan pengalaman berharga yang saya dapatkan, dan mungkin semua itu tidak bisa saya dapatkan selama menekuni profesi lainnya.

Pertama saya mengenal banyak daerah, karena tidak mungkin saya akan mengujungi daerah-daerah tersebut, jika saya tidak menjadi tukang rongsok, yah itung-itung jalan-jalan sambil kerja.

Melatih mental, mengapa demikian...? kebanyakan anak muda yang usianya masih seperti saya pada waktu itu, usia-usia remaja setelah lulus SLTA. Sebagian besar dari mereka pasti merasa malu menjadi tukang rongsok.

Nah berbekal pengalaman menjadi tukang rongsok tersebut, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan, dan menjadi bekal bagi saya membangun usaha hingga sampai saat ini.

Yah memang pelajaran berharga dan guru terbaik untuk kita adalah pengalaman, dan pengalaman tersebut mungkin tidak bisa kita dapatkan di saat kita masih duduk dibangku sekolah, tapi bisa kita dapatkan dari kejadian yang kita alami secara langsung dalam kehidupan kita sehari-hari.

Baiklah sobat semuanya dimanapun anda berada, demikianlah sedikit cerita tentang pengalaman saya menjadi tukang rongsok, semoga saja bisa bermanfaat dan berguna untuk anda.


Postingan terkait:

15 Tanggapan untuk "Jadi Tukang Rongsok Sebelum Jadi Tukang Tambal Ban"

  1. hebat dan sekarang menggeluti dunia blog juga hebat. saya acungkan jempol kang. lanjutkan. tidak ada yang tidak mungkin selama Alloh berkehendak apapun bisa terjadi.
    semangat kang

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mang, kita cuma bisa mencoba dan berusaha, kalo soal ngeblog saya masih pemula banget, masih perlu banyak belajar lagi

      Delete
    2. bener banget berusaha dan mencoba.

      Delete
  2. Perjalanan hidup seseorang memang kadang panjang dan berliku ya mas kalau hanya berpangku tangan kesuksesan tidak akan datang yang terbaik adalah apa yang bisa kita lakukan hari ini lakukan semaksimal mungkin

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mas, selagi kita masih bisa dan mampu maka tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu hal yang baru, karena kadang kenyataan yang kita hadpi tidak seperti apa yang kita harapkan, jadi lebih baik mau bekerja seadannya, dari pada memilih berpangku tangan

      Delete
  3. pengalaman hidup menempa diri menjadi lebih mandiri dan kuat, jauh lebih berharga menjadi tukang rosok daripada nggak kerja karena gengsi dg ilmunya yg tinggi

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak pengalaman berharga yang saya dapat selama menjadi tukang ronsok gan, salah satu adalah saya jadi gak meras gengsi lagi untuk melakukan pekerjaan apa saja, yang penting halal dan menghasilkan

      Delete
    2. hebat sekali. kenapa mesti malu kalo halal

      Delete
    3. betul gan semakin banyak mecoba hal-hal baru yang belum pernah kita lakukan, akan menambah pengalaman kita

      Delete
  4. semua orang pasti memiliki masa sulit mas, gpp lah, saya juga dulunya pernah nganggur lama diperantauan, karena kehabisan ide saya juga pernah jadi tukang cuci piring loh mas, tapi alhamdulillah dunia berputar roda kehidupan merubah segalanya yah.semoga sukses mas..

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mas,tinggal bagaimana kita menyikapi masa-masa sulit tersebut, yang terpenting kita mau dan tidak malu untuk berusaha

      Delete
  5. saya juga pernah menjadi tukang rongsok mas, tp itu wktu saya msh SD dlu.. soalnya lumayan, itung2 buat nmbah uang jajan dripda harus minta trus sma orng tua :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak papa mas, saya juga pernah menjadi tukang rongsok, dari pada tidak ada kegiatan atau pekerjaan yang kita lakukan, menjalani pekerjaan apa saja tidak ada masalah, yang penting halal dan menghasilkan

      Delete
  6. apapun pekerjaannya yang penting halal mas. saya juga tidak malu pernah menjadi kuli bangunan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mas, gak perlu merasa malu, saya malah bangga dengan profesi saya, yang penting halal, bisa bermanfaat dan dapat membantu orang lain tentunya

      Delete