Suka Duka Menjadi Tukang Tambal Ban


Tukang tambal ban adalah profesi saya

Yah meski kadang profesi ini, dianggap remeh, tapi setidaknya dari profesi inilah saya bisa menafkai istri dan anak-anak saya. Saya sangat merasa bersyukur menjalani profesi menjadi tukang tambal ban, dari pada mengharapkan pekerjaan yang katanya enak, pakaian rapi, gaji waooo dan lain sebagainya, tapi semua itu hanya angan-angan saja.

Memang sih harapan semua orang pasti memiliki keinginan agar mendapatkan pekerjaan yang bagus dan gajinyapun besar, tapi apakah kita akan terus menunggu hingga mendapatkan pekerjaan tersebut dan memilih menjadi penggangguran.



Awal mula saya menjadi tukang tambal ban, dikarenakan sulitnya mencari lapangan pekerjaan, jangankan mencari pekerjaan yang alus, lho wong buat mencari pekerjaan yang kasar saja juga sulit.

Pertengahan tahun 2007 masa kontrak saya di PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing telah habis, dan otomastis saya menyandang profesi baru sebagai pengangguran. Beruntung saat itu kawan saya menawari pekerjaan, untuk menjaga konter miliknya, yah itung-itung dari pada menganggur.

Menjadi penjaga konter pulsa, saya jalani selama kurang lebih 10 bulan, dan akhirnya saya memutuskan pulang kampung dari jakarta ke kota kelahiran saya di Temanggung. Sesampainya dikampung halaman saya pernah merasakan menjadi tukang rongsok alias membeli barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.



Pekerjaan ini saya jalani sekitar 4 bulan, kemudian saya menjadi pengangguran, karena waktu itu harga rongsok tiba-tiba turun secara drastis dan membuat banyak pengepul rongsok mengalami kerugian. Ditengah kebingungan mencari pekerjaan, akhirnya saya memutuskan untuk belajar menambal ban.

Pada waktu itu ayah saya memiliki bengkel tambal ban tapi dikelola oleh orang lain, karena pada awalnya saya memang kurang tertarik dan tidak begitu berminat untuk belajar menambal ban. Yah karena kondisi yang memaksa mau tidak mau akhirnya saya belajar dan mulai menekuni profesi baru menjadi tukang tambal ban.

Awalnya saya menjalani profesi ini hanya pada malam hari saja mulai jam 18:00 kadang sampai jam 01:30, karena siang harinya bengkel tersebut dikelola oleh orang lain. Yah gak masalah itung-itung masih belajar, yang penting tahu ilmu dan tekniknya terlebih dulu, karena saya masih bujang pada waktu itu jadi oke-oke aja kerja malam, siangnya tidur hehehe.

Tahun 2009 saya memberanikan diri untuk membuka sendiri bengkel tambal ban, karena ayah saya menyarankannya untuk belajar mandiri dan mengelola bengkel tambal ban sendiri. Nah dari sinilah perjalanan saya menjadi tukang tambal ban dimulai, seperti sobat semua ketahui, saat-saat awal kita merintis usaha pasti banyak tantangan dan kendala yang harus dihadapi.

Biasalah namanya juga masih baru, dimana belum banyak yang kenal, tentu saja bengkel tambal ban saya pada waktu itu masih sepi, kadang sehari cuma ada 2 orang pelanggan, kadang juga malah blong, paling banyak 5 orang pelanggan. Tapi saya tetap bersyukur, dan memiliki harapan bahwa suatu saat nanti, bengkel tersebut bisa saya jadikan sebagai sumber penghasilan dan pekerjaan utama untuk saya.


Meski harus berangkat pagi dan pulang hingga larut malam, itupun jika pulang malam harus jalan kaki, karena saya belum memiliki kendaran sendiri, tapi saya sangat menikmatinya, yang jelas saya menjadi orang bebas dan tidak terikat. Bebas menentukan kapan saya harus kerja, mau mulai jam berapa, atau pulang jam berapa semuanya tergantung saya yang menentukan.

Ternyata kerja keras saya tidaklah sia-sia, karena saya yakin setiap usaha yang kita lakukan pasti akan membuahkan hasil, hanya saja kita harus sabar menjalani prosesnya. Alhamdulilah saya akhirnya memiliki pelanggan tetap, meskipun belum banyak tapi setidaknya, sudah ada pemasukan setiap harinya.

Tahun 2010 bengkel tambal ban saya bisa dikatakan mulai berjalan, jika awalnya masih jarang pelanggan, mulai pertengahan tahun 2010 mulai ada peningkatan, pelanggan saya mulai bertambah, kadang sebelum bengkel buka pun sudah ada yang antri disana, hal ini benar-benar saya syukuri, karena usaha dan kerja keras saya mulai menunjukan hasil.

Dari hasil tersebut setidaknya bisa untuk hidup mencukupi kebutuhan istri dan anak saya, ditahun ini juga saya mulai berfikir untuk membuka usaha sampingan, itung-itung untuk kesibukan istri, sekaligus untuk menambah penghasilan keluarga. Saya memutuskan untuk membuka usaha sampingan dengan berjualan pulsa elektrik.


Memasuki akhir tahun 2011, kondisi bengkel tambal ban sudah semakin membaik, ditahun yang sama, saya bersama istri merintis usaha baru dengan membuka warung rokok kecil-kecilan, disamping berjualan pulsa elektrik, dan alhamdulilah semua usaha yang saya rintis, meskipun dalam skala sangat kecil, namun bisa berjalan lancar.

Siang harinya saya bekerja dibengkel tambal ban, dan malam harinya saya menggantikan istri saya untuk menjaga warung rokok tersebut. memang sih lelah juga, tapi tetap harus semangat dan menjalaninya dengan senang hati. Namanya juga merintis usaha, tentu saja harus bekerja keras dengan cara yang cerdas, agar usaha bisa berkembang dan berjalan dengan lancar.

Januari akhir tahun 2015, saya mencoba untuk memulai usaha baru disamping usaha lain yang sudah saya jalani, yaitu usaha jual pakaian, khususnya celana jeans panjang, pendek, cewek dan cowok. Awalnya saya menjual celana jeans tersebut dengan cara berkeliling kepada para tetangga, lama kelaman ada juga pembeli dari kampung lain.

Alhamdulilah hingga saat ini, saya menjual celana jeans tersebut, tidak hanya kepada konsumen secara langsung, tapi juga kepada para penjual pakaian didaerah saya. Artinya para pedagang membeli barang di tempat saya kemudian mereka menjualnya kembali didaerah atau di kampung mereka.

Baiklah sobat semuanya dimanapun anda berada, sekian dulu sedikit cerita tentang pengalaman saya, menjadi tukang tambal ban mulai dari 2008 hingga saat ini, intinya bahwa profesi apapun adalah sama, yang terpenting kita bisa bisa menjalaninya dengan sabar, tekun, telaten dan ikhlas, Insya Allah, semua usaha dan kerja keras yang telah kita lakukan akan membuahkan hasil sesuai dengan perjuangan kita, Amin.


Postingan terkait:

4 Tanggapan untuk "Suka Duka Menjadi Tukang Tambal Ban"

  1. Wah mantap seorang tambal ban punya blog, keren banget gan! Semoga usahanya sukses!

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin mas, dalam menjalankan usaha kita harus bisa sabar menjalani prosesnya mas, karena usaha apapun selalu membutuhkan proses

      Delete
  2. Menarik sekali gan kisah hidupnya, semoga menjadi inspirasi bagi kita semua, Sukses Selalu buat usaha tambal ban nya

    ReplyDelete
  3. Ma kasih gan, semoga saja untuk kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi

    ReplyDelete